Popular Posts

Sunday, February 03, 2008

Macet

Malam ini, Sabtu,2/02/2008 Jakarta macet total tak terkecuali jalan I Gusti Ngurah Rai, jalan yang kulewati untuk sampai ke Jatinegara. Wah..... alamat ketinggalan kereta api nich..... batinku. Sepanjang perjalanan kuberdoa mudah-mudahan aku nggak ketinggalan kereta. Wah.... udah pukul 20.30 nich..... 4 menit lagi jadwal kereta berangkat.
Waduh.... gimana ya? Jalanan masih macet.Ternyata macetnya hanya sampai di Plaza Buaran. Plaza yang baru aja dibuka, ternyata diserbu oleh pembelinya. Sepeda motor penuh sesak, mobilpun tak bergerak. Setelah sampai Plaza Buaran selewat lampu merah, ternyata jalanan udah gak macet. Alhamdulillah. Sampai di Stasiun KA, kereta udah siap berangkat. aku berlari-lari.... wah loket udah tutup nich. Langsung aku bilang ke petugas, saya mau naik KA Senja Utama. Tapi loket dah tutup. Sama petugas jaga, aku langsung disuruh naik ke gerbong KA, dan ke kiri ke arah Restorasi langsung melapor ke petugas berpakaian polisi. Aku disuruh duduk. Dan sebelum pemeriksaan tiket oleh Kondektur, oleh petugas yang berpakaian kaos bercelana biru bersenjata dipinggangnya dan bertopi, aku dimintai bayaran KA. Saya tanya berapa? dia bilang 70rb. Langsung aku ambil uang selembar lima puluhan dan selembar dua puluhan. Kuberikan kepada petugas tadi.
Di samping tempat dudukku ada seorang penumpang perempuan masih muda. Dia juga turun di Klaten. Kebetulan di kursi depan kami kosong, akhirnya kami duduk sendiri-sendiri. Satu orang satu kursi. Kusewa bantal Rp 3000.
Kemudian ketika mata ini tengah terkantuk-kantuk, ada petugas Kondektur menanyakan karcis ke saya, lalu kukatakan "saya sudah bayar ke petugas". Lalu seorang pelayan restorasi mengiyakan dan menunjuk siapa penerima bayaran karcis saya. "Sama itu pak!" Sambil menunjuk ke petugas yang sedang tidur di kursi depan.
Lalu petugas kondektur berlalu.
Tiba di Klaten masih pagi sekitar pukul 07.00. Langsung pulang ke rumah bulik, karena ayahku dirawat disana. Kondisi ayah masih belum berubah. Kumis dan jenggotnya tampak lebat dan tak beraturan. Kuminta air hanta dan handuk kecil. Kuseka wajah ayah biar agak bersih, dan matanya bisa melek kembali. Kurapikan kumis dan jenggotnya dengan gunting. Kupendekkan kuku-kuku di jari kaki dan tangannya. Kain dan sarung yang kotor kuambil dan kumasukkan ke ember lalu kucuci.
Kubawakan "Pampers" dari Jakarta. Kuganti kain dengan "pampers".
Lalu kutanya Bapak pingin makan apa? dia jawab "tongseng atau sate ayam". Lalu aku minta tolong Paklikku untuk beliin makanan tsb. Setelah dapat ternyata yang dimakan cuma satu sedikit. Lalu ayahku pingin makan sayur cenil. Setelah dimasakin sama adik sepupuku, ayahku makannya cukup lumayan. Ternyata dengan sayur bening "cenil" ayahku lahap sekali.
Lalu aku beri minum gamat dan madu. Mudah-mudahan ayah cepat sembuh. Amien.
Ayah menanyakan adikku si Muh. Katanya dia kangen. Kok tega banget dia nggak datang-datang. kata Ayahku. Lalu kuteleponkan.
Menjelang magrib si Muh datang. Dia bawa jarum akupuntur dan bawa alat bekam. Ayahku ditensi diukur tekanan darah dan jantungnya. Kemudian dia mulai bekerja dengan jarum-jarum kecil dan alat bekamnnya. Menjelang magrib, aku pamitan ayah untuk pulang ke Jakarta, karena besok di kampus masih ada ujian. Disertai rintik-rintik hujan aku dianter ke stasiun oleh Paklikku. Dan dengan berlalri-lari beli karcis KA. Maklum waktu dah telah, dan kereta telat juga. Jadi sama-sama.Pas aku masuk ke stasiun, kereta sebentar lagi masuk Stasiun Klaten, diumumkan sama petugas.
Alhamdulillah. Tidak telat. Pukul 05.00 pagi (Senin) aku dah sampai lagi di Jakarta, dan kerja di kantor seperti biasa.

No comments:

Powered By Blogger