Popular Posts

Sunday, April 29, 2007

tawaran job

Sabtu kemarin, dosen pengganti pak pranata udah mulai masuk. Namanya pak Heru.Beliau baru pulang dari Amrik delapan bulan yang lalu. dan udah 12 tahun menetap di Amrik. S2 dan S3 diselesaikan di sana. Beliau menyebut dirinya sebagai Direktur Bank Soal. Maksudnya Bank Persoalan. hee.   hee... hee.
Untuk urusan soal-soal Ujian beliau ini Kepalanya. oh ya Beliau mengampu mata kuliah Pengembangan Instrumen.
hari pertama sich masih perkenalan.
Dia menawarkan kepada para mahasiswa untuk magang di tempatnya. side job lah. 10 jam per minggu. Untuk mahasiswa yang menguasai bahasa Inggris, Bahasa Indonesia.
Sebenarnya tawaran ini menarik buatku. Tapi, sepertinya aku belum sanggup menerima tawaran ini. Aku ingin konsentrasi ke kuliahku dulu.
Disamping itu pekerjaan di kantorku juga banyak. Takut terbengkalai.
Tapi ada baiknya dipikirkan juga .... lho....

Thursday, April 12, 2007

jodoh dan kedewasaan

Hakekat Perkawinan - Sekedar Kutipan:





Untuk Suami & Istri
Pernikahan ataupun Perkawinan Membuka Tabir Rahasia
Suami yang menikahi kamu,
Tidaklah Semulia Muhammad,
Tidaklah Setakwa Ibrahim,
Pun Tidak Setabah Ayub,
Ataupun Segagah Musa,
Apalagi Setampan Yusuf,
Justru Suamimu
Hanyalah Pria Akhir Zaman
Yang Punya Cita-Cita
Membangun keturunan yang soleh
Pernikahan ataupun Perkawinan Mengajari Kita Kewajiban Bersama
Suami Menjadi Pelindung, Istri penghuninya
Suami Nahkoda kapal, Istri Navigatornya
Jika Suami balita yang nakal, maka Istrilah penuntun kenakalannya
Saat Suami menjadi Raja, Istri menikmati Anggur Singgasananya
Seandainya Suami masinis yang lancang, Sabarlah memperingatkannya,
Pernikahan ataupun Perkawinan mengajarkan kita perlunya Iman dan Takwa
Untuk belajar meniti Sabar & Ridho
Karena memiliki Suami yang tak segagah mana
Ataupun Istri yang tak secantik siapa
Justru kau akan tersentak dari Alpa
Istri yang kau nikahi
Bukanlah Khadijah yang begitu sempurna didalam menjaga
Pun Bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara
Istri yang kau nikahi
Cuma Wanita akhir zaman yang berusaha menjadi soleh....

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para
Muslimah. Kemana pun mereka melangkah,
pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti
membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang
pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda
menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku
jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau
jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil?

Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita.
Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu
bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan
rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius
tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala
sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada
mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian
masalah', namun kemudian justru menjadi inti
permasalahan itu sendiri.

Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi"
calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan
luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang
keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan.


Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan,
"Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada
juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang
penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya,
jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai
menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar
senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih
cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat
superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon
memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah
menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah.
Pengalaman riil di lapangan kerap kali
menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama
ini.

Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung
pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu,
menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus
menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka
hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan
untuk menjemput kehidupan rumah tangga.

Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah,
bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang
India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa
kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku
dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang
kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap
menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri
untuk berletih-letih membina keluarga.

Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan
individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih
berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai
penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa
yang dia impikan?

Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi
muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka
sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan
yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk
meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus
ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya.
Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan
itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari
siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh,
jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah
membebani seseorang melainkan sekadar sesuai
kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286). Di balik
fenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti
kasih sayang Allah SWT.

Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu
akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati
seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita
kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan
lapang dada.

Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun
bertanyalah, sudah dewasakah aku?

Wallahu a'lam bisshawaab.











 

Monday, April 09, 2007

Sendiri

Adikku memutuskan untuk kembali ke kampung menemani ayahku yang sendiri, sejak kepergian Simbok. 
Dan kini aku menempati rumah kontrakanku yang cukup luas (menurutku) sendirian. Rumah itu terdiri dari dua kamar yang cukup besar.
ruang tamu, ruang tengah, dapur, dan kamar mandi. Jika malam, semua lampu kunyalakan semua, dan TV pun kunyalakan sampai pagi.
Rasanya menempati rumah itu sendirian terlalu besar untukku. Padahal baru 5 bulan aku menempati rumah itu.
Rencanaku 5 bulan yang lalu, ketika aku memutuskan untuk mengontrak rumah ini adalah, aku tinggal berdua dengan adikku.
Dan dia mempunyai rencana untuk membuka praktek akupuntur di rumah tsb. Satu persatu peralatan dia beli. tinggal beli tempat tidur untuk kamar periksa.
Tapi belum ada uang. 
Sekarang rencana itu tinggal kenangan. Adikku kembali ke kampung menemani ayahku.
Ternyata hidup sendiri itu .... ada perasaan-perasaan yang muncul...
Aku membayangkan ayahku... sekarang sendiri,
anaknya cuma 2 orang
aku anak terbesar yang harus berjuang, bekerja untuk hidup dan kuliah
adikku anak terkecil yang saat ini menemani ayahku...
aku tak bisa bayangkan...
kehidupan di desa...
kalau tidak punya pekerjaan... sangat susah
Ya Allah lindungilah ayah dan adikku di kampung
mudahkan urusannya, lancarkan rizkinya
sejahterakanlah hidupnya ya Allah.
Amien ya Robbal 'alamin. 

www.rumahbeasiswa.com

Monday, April 02, 2007

Innalillahi wainna ilaihi raji'un

 Rabu, 21 maret 2007
Sekitar pukul 11.30 sepupuku menelponku mengabarkan bahwa Simbok meninggal. Tak terasa air mataku mengalir tak terbendung, dan suaraku tercekat. Susah aku tuk bicara. Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Niatku untuk pulang ke klaten setelah gajian bulan Maret, ternyata aku harus pulang lebih cepat. Ibuku meninggal.
Aku segera menelepon kepala kantorku dan mengabarkan berita duka ini. Dan dengan segala kebaikan Pimpinan fakultasku, akhirnya siang itu juga aku terbang ke Jogja. Dengan Batavia Air, aku dan adikku berurai airmata, dan berharap aku dapat menyaksikan jasad terakhir Simbok. Telepon dari Klaten terus berdering sepanjang perjalanan menuju bandara, dan aku katakan Tolong tunggu kami, kami sedang di bandara, sambil menangis memohon agar kami ditunggu. 45 menit perjalanan di udara, terasa begitu lama. akhirnya aku dan adikku tiba di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta. Begitu tiba di Bandara langsung kupesan taksi segera meluncur ke Karanganom. Dan kucoba telepon ke kampung, tuk memastikan, bahwa kami telah datang dan menanyakan tentang Simbok.
Ternyata, Simbok sudah dikuburkan.
Meski sedih, kucoba tuk tabahkan hati, bagaimanapun ibuku telah diurus dengan sebaik-baiknya sebagaimana layaknya. Dari memandikan, mengafani, menyolatkan, dan menguburkan telah dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat di kampungku.
Setiba dirumah, langsung kupeluk ayahkudan kubersimpuh dihadapannya sambil memohon maaf. Tak terbendung suah airmata ini.
Hari ini adalah hari duka cita bagiku.
Simbok yang sangat kucintai telah pergi menghadap Illahi
Aku belum mampu untuk membahagiakan selama hidupnya
Sekarang hanya doa yang dapat kupanjatkan untuk ibuku tercinta
Semoga Allah mengampuni segaladosa dan kesalahannya
dan menerima semua amal kebaikannya
dan menempatkan di dalam kasih dan sayangNya.
Robbigfirli waliwalidaya warhamhuma kama robbayani shoghira.
SMS duka cita dan belasungkawa memenuhi HPku
Surat duka cita dan kunjungan teman-teman memberikan ucapan duka cita
menjadi penghibur dalam duka ini, setidaknya aku tidak sendiri
banyak teman-teman yang bersimpati
banyak doa-doa mengalir dengan tulus untuk Simbok
Semoga husnul khatimah.
Karanganom, 21 Maret 2007
Powered By Blogger